![]() |
Sholat Tahajud (qalamdakwah.com) |
Ramadhan
memang telah berlalu. Namun, harusnya semangat ketakwaan Ramadhan tidak boleh
usai begitu saja. Sebab, hikmah ibadah puasa selama sebulan penuh justru untuk
menguatkan dan menaikkan derajat kita ke level yang lebih tinggi yaitu takwa
(Q.S Al-Baqarah : 183)
Bisyr
al-Hafi, seorang ulama shalih suatu ketika pernah berkata, “Seburuk-buruknya kaum adalah yang tidak
mengenal hak Allah, kecuali hanya pada bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya
seorang disebut shalih ketika ia
beribadah dan bermujahadah selama
setahun penuh.”
Selama
Ramadhan umat diberi riyadhah
(pelatihan) yang luar biasa . Mereka ‘dipaksa’ menahan hawa nafsu, lapar, haus
dan larangan yang sudah Allah atur dari mulai fajar hingga magrib. Mereka
didorong untuk melakukan tilawah Al-Quran dan qiyamul layl ( shalat tarawih ), bersedekah, memperbanyak dzikir
dan ibadah lainnya. Semua itu mereka lakukan sembari mengerjakan aktivitas
harian seperti biasa. Apalagi Ramadhan kali ini Allah tengah menurunkan ujian
berupa pandemi yang sedang melanda negeri-negeri diseluruh dunia. Tentunya akan
sangat berat dilakukan bagi orang-orang yang tidak ikhlas dalam mengerjakannya.
Pada sepuluh hari penghujung Ramadhan kaum Muslim juga dianjurkan menghidupkan
masjid-masjid dengan beritikaf. Diantaranya untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.
Dengan
kadar ibadah seperti demikian semestinya siapa saja akan semakin kuat
ketakwaannya kepada Allah SWT. Pada siang hari selama Ramadhan ia bisa menahan
nafsu makan dan minum, bahkan nafsu berhubungan biologis. Diluar Ramadhan
seharusnya ia pun lebih bisa untuk mengendalikan diri dari memakan harta yang
haram, pergaulan yang haram dengan lawan jenis (misal : pacaran) dan larangan
Allah lainnya.
Sayang,
pada sebagian Muslim, semangat takwa itu begitu cepat pudar pada saat Ramadhan
berlalu. Tak perlu menunggu sebulan. Hanya selang beberapa hari saja, semangat
Ramadhan itu langsung menghilang.
Ibnu
Taimiyah mengingatkan, “Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada
bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan lainnya, ia
bukan seseorang yang benar-benar bertobat.” (Al-Majmu’ al-Fatawa, 10/743)
Padahal
amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah keteguhan atau keistiqamahan.
Suatu ketika Nabi Saw. dimintai nasihat oleh seorang sahabat . Beliau lalu bersabda
:
Ù‚ُÙ„ْ آمَÙ†ْتُ بِاللهِ , Ø«ُÙ…َّ اسْتَÙ‚ِÙ…ْ
Katakanlah,
“Aku beriman kepada Allah , kemudian
beristiqamahlah.” (H.R Muslim)
Merawat Keistiqamahan
Agar
menjadi hamba yang senantiasa istiqamah dalam ketaatan, kaum Muslim perlu
menghayati sejumlah hal berikut.
Pertama : Mengingat kematian
dan tempat kembali hanyalah kepada Allah SWT. Setiap Muslim harus meyakinkan
diri bahwa kehidupan didunia ini sifatnya fana. Kelak ia akan kembali kepada
Allah SWT. dimana pada saat itu tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali
ketakwaan. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi karena tidak
memanfaatkan usia selama didunia untuk memperbanyak amal kebaikan.
Kedua : Menjadikan Allah
SWT dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya yang ditaati secara mutlak. Karena sikap
istiqamah bisa runtuh ketika manusia lebih memilih untuk menaati pihak selain
Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebab jalan yang telah Allah SWT dan Rasul-Nya
tunjukkan kepada kita adalah jalan terbaik untuk menuju Jannah-Nya.
Ketiga :
Menaati setiap perintah Allah SWT tanpa memisahkan satu hukum dengan hukum yang
lain. Artinya dalam menaati perintah Allah SWT haruslah dilakukan secara kaffah atau kesuluruhan. Tidak boleh
dipilih-pilih dengan mengamalkan sebagian dan sebagian lainnya ditinggalkan.
Karena orang seperti itu akan mendapat kenistaan dalam kehidupan didunia dan
Allah akan melempar mereka kedalam siksa yang sangat berat (Q.S Al-Baqarah :
85).
Keempat :
Bersabar dalam ketaatan. Nah, setelah melewati berbagai rintangan dan hambatan
ketika ingin mengistiqamahkan hati dalam ketaatan, hendaknya menjunjung tinggi
sebuah kesabaran agar tercapailah kebahagian tertinggi dalam kehidupan kita
yaitu mendapat Ridha Allah SWT.
Ada
sebelas bulan lagi yang harus dijalani untuk bertemu Ramadhan ditahun depan.
Pelan-pelan istiqamahkan lah diri kita dan pantaskan diri untuk menemui
Ramadhan selanjutnya dengan ketakwaan tertinggi dihadapan Allah. Semoga Allah
SWT selalu mempermudah langkah kita dalam kebaikan dan mempertemukan kita di
Ramadhan tahun depan. Ramadhan selesai,
Ibadah harus tetap Okaii dong..
Penulis:
Dinda Valina
Pemburu Es Kacang Blender
Posting Komentar